Pada artikel kali ini saya ingin menyoroti tentang presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak memenangi pilpres hanya dengan satu putaran saja, pribadi SBY seakan kian tertekan. Mulai dari kemenangannya dalam pilpres yang digugat pihak lain, teror bom yang kembali mengguncang Indonesia, hingga ancaman pembunuhan dirinya oleh kelompok-kelompok tertentu. Hal tersebut membuat beliau menjadi kurang tenang dalam menjalankan pemerintahan, jika dilihat dari tingkah polah dan pernyataan beliau yang dilontarkan pada media. Seperti pada saat beliau memberi keterangan kepada pers tentang teror yang terjadi di ibukota adalah ulah para teroris yang tidak senang akan hasil pilpres yang memenangkan pasangan SBY-Boediono sehingga para teroris berencana ingin membuat kerusuhan seperti yang terjadi di negara Iran. Kontan pernyataan tersebut banyak mengundang pro dan kontra. Apakah benar hasil pilpres yang mengakibatkan teror bom terjadi? atau presiden terlalu membesar-besarkan masalah dan mengambil kesimpulan yang spekulatif berdasarkan data Badan Intelijen Negara?. Beliau sendiri pun membuat pernyataan tambahan dan mengonfirmasi ulang pernyataanya pada publik. Kemudian yang kedua adalah saat beliau mengonfirmasi tentang kebenaran siapakah yang tewas dalam penyergapan teroris di Temanggung, Jawa Tengah. Beliau mengatakan bahwa yang tewas adalah buronan nomor wahid negeri ini yaitu Noordin M. Top. Namun hingga kini kebenaran identitas teroris yang tewas dalam penyergapan yang mengerahkan banyak personel kepolisian dan detasemen khusus tersebut masih simpang siur. Bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa yang tewas bukan Noordin, tetapi Ibrohim. Seorang teroris yang juga diduga terlibat dalam ledakan bom di Jakarta. Kemudian hal terakhir yang ingin saya soroti adalah saat pidato kenegaraan beliau pada tanggal 16 Agustus lalu. Pada saat pidato kenegaraan tersebut, tidak diawali dengan mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Para hadirin pun banyak yang kecewa dan menyesalkan kesalahan protokoler tersebut dalam acara sepenting itu. Itulah hal-hal yang menurut saya menjadikan SBY kurang populer di mata masyarakat untuk sementara ini. Namun setidaknya, beliau berhasil memperbaiki kekurangan tersebut pada upacara peringatan hari proklamasi pada tanggal 17 Agustus lalu yang berlangsung dengan khidmat. Acara berlangsung dengan tertib tanpa kekurangan satu celah pun. Hanya ada satu hal yang kurang dari upacara 17 Agustus kemarin, yaitu ketidakhadiran dari para mantan presiden.
Semoga hal-hal yang mengganggu pikiran beliau segera berlalu sehingga beliau bisa fokus untuk menangani urusan rakyat dan negaranya. Apalagi, kemarin Mahkamah Konstitusi telah memenangkan hasil pilpres ketetapan KPU yang memenangkan pasangan SBY-Boediono. Sehingga republik ini akan dipimpinnya lagi untuk masa empat tahun kemudian. Semoga Indonesia menjadi lebih baik di masa kepemimpinannya yang akan datang. Semoga Indonesia menjadi makmur, mandiri, dan aman dari gangguan teroris. Amien!.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
For your effective comment, please choose Name/Url,,
Thanks before, Keep spirit!!